Apa itu Ijma?

Ijma adalah salah satu dari lima sumber dalam hukum Islam yang diterima secara universal. Ijma berasal dari kata Arab yang berarti “kesepakatan dan kesetujuan”. Ijma, secara umum, merujuk pada konsensus ulama dalam persoalan hukum Islam. Hal ini berarti bahwa jika mayoritas ulama yang diakui secara universal mencapai kesepakatan yang sama tentang sebuah persoalan tertentu, maka kesepakatan ini dianggap sebagai ijma. Ijma dalam hukum Islam adalah kesepakatan yang dicapai oleh para ulama setelah meninjau persoalan tertentu dalam konteks kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip hukum Islam. Selain itu, ijma dapat bersifat lokal atau nasional, tergantung pada jumlah ulama yang mencapai kesepakatan tersebut.

Apa Kebutuhan Ijma?

Kebutuhan untuk ijma terkait dengan adanya perbedaan pendapat di antara para ulama. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ijma merujuk pada kesepakatan yang dicapai oleh para ulama setelah meninjau persoalan tertentu dalam konteks kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip hukum Islam. Oleh karena itu, kesepakatan tersebut diperoleh melalui perdebatan dan perbincangan di antara para ulama. Di masa lalu, para ulama diharapkan dapat mencapai kesepakatan melalui diskusi yang berlangsung di masjid, madrasah, dan sekolah. Namun, di masa modern ini, diskusi tentang persoalan hukum Islam dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti internet, konferensi, dan lain-lain.

Bagaimana Ijma diukur?

Ijma diukur berdasarkan jumlah ulama yang mencapai kesepakatan tersebut. Jika para ulama mayoritas mencapai kesepakatan yang sama tentang sebuah persoalan tertentu, maka kesepakatan tersebut dianggap sebagai ijma. Tingkat kepastian dari suatu ijma tergantung pada jumlah para ulama yang mencapai kesepakatan tersebut. Jika jumlah para ulama yang mencapai kesepakatan tersebut relatif kecil, maka kepastian dari ijma tersebut relatif rendah. Sebaliknya, jika jumlah para ulama yang mencapai kesepakatan tersebut relatif besar, maka kepastian dari ijma tersebut relatif tinggi.

Apa Konsekuensi Ijma?

Konsekuensi ijma adalah bahwa setiap muslim harus mengikuti kesepakatan yang dicapai oleh para ulama. Hal ini berarti bahwa setiap muslim harus menaati aturan yang diatur oleh para ulama yang mencapai kesepakatan tersebut. Oleh karena itu, setiap muslim harus berusaha untuk memahami dan menghormati kesepakatan yang dicapai oleh para ulama. Selain itu, setiap muslim harus berusaha untuk tidak melanggar aturan yang diatur oleh para ulama yang mencapai kesepakatan tersebut. Dengan demikian, setiap muslim harus berusaha untuk mematuhi aturan-aturan yang ditetapkan oleh para ulama.

Apakah Ijma Mutlak?

Ijma tidak dianggap sebagai mutlak dan tidak dapat dipertentangkan. Hal ini berarti bahwa kesepakatan yang dicapai oleh para ulama tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun. Oleh karena itu, setiap muslim harus menghormati dan mematuhi kesepakatan yang dicapai oleh para ulama. Namun, meskipun ijma tidak dianggap sebagai mutlak, para ulama masih dapat mempertimbangkan perubahan dan perkembangan hukum yang terjadi di sepanjang masa. Oleh karena itu, para ulama masih dapat mempertimbangkan pendapat dan argumentasi yang diajukan oleh para ulama lain di masa lalu dan masa kini.

Apa Kontribusi Ijma?

Kontribusi ijma dalam hukum Islam sangatlah besar. Dengan adanya ijma, para ulama dapat mencapai konsensus mengenai sebuah persoalan tertentu. Hal ini menghasilkan ketenangan dan kepastian hukum, yang penting bagi keselamatan dan keadilan sosial. Ijma juga membantu menciptakan suatu sistem hukum yang konsisten dan mudah diikuti. Dengan demikian, para muslim dapat lebih mudah untuk mematuhi dan menaati aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh para ulama.

Apa Beda Ijma dan Qiyas?

Ijma dan qiyas merupakan dua cara yang berbeda untuk mencapai kesepakatan hukum. Ijma adalah kesepakatan yang dicapai oleh para ulama setelah meninjau persoalan tertentu dalam konteks kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip hukum Islam. Qiyas adalah cara yang digunakan oleh para ulama untuk menyelesaikan masalah hukum dengan cara berpikir deduktif. Qiyas berasumsi bahwa setiap masalah hukum dapat diselesaikan dengan menggunakan analogi, yaitu menggunakan prinsip yang telah diterapkan pada masalah hukum lain.

Apa Sifat Ijma?

Ijma memiliki sifat yang sangat unik. Pertama, ijma merupakan cara yang paling efektif untuk mencapai kesepakatan hukum. Kedua, kesepakatan yang dicapai oleh para ulama tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun. Ketiga, konsensus yang dicapai oleh para ulama tidak dapat diganggu gugat oleh waktu atau perubahan situasi. Keempat, kesepakatan yang dicapai oleh para ulama harus dirayakan dan dihormati oleh semua muslim. Kelima, setiap muslim harus berusaha untuk mematuhi dan menaati aturan-aturan yang ditetapkan oleh para ulama.

Kesimpulan

Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah bahwa ijma merupakan salah satu dari lima