Penyebab Penyakit Skoliosis

Skoliosis adalah penyakit tulang belakang yang ditandai dengan adanya kurvatur lateral tulang belakang. Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi kesehatan serius, termasuk kesulitan dalam bernapas, sakit punggung yang parah, dan cacat postur. Dengan demikian, penting untuk mengetahui penyebab penyakit skoliosis agar kita dapat menghindari atau menangani penyakit ini dengan tepat.

Kebanyakan orang yang menderita skoliosis didiagnosis pada usia remaja. Beberapa orang mungkin mengalami skoliosis saat masih bayi, namun ini jarang terjadi. Penyebab skoliosis pada anak-anak dan remaja yang paling umum adalah idiopatik, yang berarti bahwa tidak ada penyebab yang diketahui. Namun, ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan skoliosis, termasuk keturunan, cedera tulang belakang, dan gangguan neurologis.

Keturunan

Penyakit skoliosis dapat diturunkan secara genetik. Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara dengan skoliosis, kemungkinan besar mereka juga akan menderita skoliosis. Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara dengan skoliosis yang parah, risiko mereka mengembangkan skoliosis yang parah juga lebih tinggi.

Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada gen tertentu yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan skoliosis. Gen ini dapat berbeda-beda di antara keluarga yang memiliki anggota dengan skoliosis, dan sebagian besar kasus skoliosis tidak berhubungan dengan genetika.

Cedera

Cedera tulang belakang yang disebabkan oleh kecelakaan atau operasi dapat menyebabkan skoliosis. Jika tulang belakang terluka, tubuh dapat berusaha untuk menyeimbangkan cedera dengan membentuk kurvatur lateral untuk mengurangi tekanan pada bagian yang cedera. Ini dapat menyebabkan skoliosis.

Selain itu, operasi bedah tulang belakang yang dilakukan untuk mengobati penyakit lain dapat menyebabkan skoliosis. Beberapa contoh penyakit yang dapat menyebabkan skoliosis melalui operasi adalah tumor tulang belakang, penyakit rematik, dan penyakit neurologis.

Gangguan Neurologis

Gangguan neurologis seperti paralisis cerebral dan spina bifida juga dapat menyebabkan skoliosis. Kedua gangguan ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan otot yang dapat menyebabkan kurvatur lateral pada tulang belakang. Seringkali, skoliosis yang disebabkan oleh gangguan neurologis tidak dapat disembuhkan dan dapat bertambah parah dengan bertambahnya usia.

Penyakit Rematik

Penyakit rematik seperti artritis rematoid dan spondilitis ankilosis juga dapat menyebabkan skoliosis. Penyakit ini menyebabkan kerusakan pada sendi dan tulang belakang yang dapat menyebabkan kurvatur lateral pada tulang belakang. Selain itu, penyakit rematik juga dapat menyebabkan kaku dan nyeri sendi, yang dapat menyebabkan postur yang tidak benar yang dapat menyebabkan skoliosis.

Kondisi Medis Lainnya

Beberapa kondisi medis lain juga dapat menyebabkan skoliosis, termasuk infeksi atau tumor. Infeksi seperti osteomielitis, yang menyerang tulang belakang, dapat menyebabkan kurvatur lateral pada tulang belakang. Beberapa jenis tumor juga dapat menyebabkan skoliosis, termasuk tumor yang ditemukan di sekitar otot-otot tulang belakang. Kondisi ini juga dapat menyebabkan kurvatur lateral pada tulang belakang.

Faktor Lain

Beberapa ahli juga berpendapat bahwa faktor lain dapat memengaruhi risiko seseorang untuk mengembangkan skoliosis. Beberapa contoh faktor ini adalah umur, jenis kelamin, dan riwayat kesehatan. Anak-anak dan remaja lebih rentan terhadap skoliosis daripada orang dewasa, dan anak perempuan lebih rentan terhadap skoliosis daripada anak laki-laki.

Selain itu, orang yang memiliki riwayat kesehatan seperti cedera tulang belakang atau penyakit rematik lebih rentan terhadap skoliosis. Oleh karena itu, penting untuk memeriksakan anak secara teratur untuk memastikan bahwa mereka tidak mengembangkan tanda-tanda skoliosis.

Kesimpulan

Penyebab skoliosis bervariasi, namun yang paling umum adalah idiopatik. Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan skoliosis adalah keturunan, cedera tulang belakang, gangguan neurologis, penyakit rematik, dan kondisi medis lainnya. Selain itu, umur, jenis kelamin, dan riwayat kesehatan juga dapat memengaruhi risiko seseorang mengembangkan skoliosis.