Sejarah Ilmu Administrasi

Kata “administrasi” berasal dari bahasa Latin yang artinya “mengelola” atau “menyelenggarakan”, dan sejarah ilmu administrasi sebagian besar dimulai saat pemikir Yunani kuno mulai membahas tentang manajemen dan pemerintahan. Para pemikir Yunani kuno, seperti Aristoteles, mengembangkan gagasan tentang cara membuat pemerintahan yang efektif dan efisien. Selain itu, teori Thomas Hobbes tentang teori kontrak sosial juga berperan penting dalam membentuk teori administrasi modern.

Ide-ide tersebut berkembang pada abad ke-17 dan ke-18. Pemikir Inggris seperti William Petty dan Charles Babbage, yang juga disebut “Bapak Ilmu Ekonomi”, membuat perdebatan tentang manajemen dan pemerintahan yang efektif. Selain itu, pemikir Prancis seperti Henri Fayol juga melakukan kontribusi besar dalam mengembangkan teori tentang ilmu administrasi.

Pada akhir abad ke-19, ilmu administrasi menjadi semakin penting karena kebutuhan industri yang semakin meningkat. Ini menyebabkan munculnya ide-ide tentang manajemen konstruktif yang dikembangkan oleh Henry Gantt. Selain itu, perkembangan teknologi dan informasi juga mempengaruhi ilmu administrasi. Akhirnya, pada awal abad ke-20, ilmu administrasi mulai diajarkan di berbagai universitas dan lembaga pendidikan di seluruh dunia.

Pada tahun 1940-an, Frederic Taylor, yang disebut “Bapak Ilmu Administrasi”, mengembangkan teori tentang manajemen yang disebut Teori Manajemen Sistem. Teori ini memfokuskan pada cara membuat pembuatan keputusan yang tepat, mencapai tujuan, dan meningkatkan produktivitas. Ide-ide Taylor ini kemudian dikembangkan oleh Chester Barnard, Max Weber, dan beberapa pemikir lainnya.

Pada akhir abad ke-20, ilmu administrasi mulai mengalami perubahan. Para ahli mulai mengembangkan konsep manajemen berorientasi pada kualitas, yang dikembangkan oleh pemikir Jepang seperti W. Edwards Deming dan Kaoru Ishikawa. Konsep ini menekankan pentingnya kualitas produk dan layanan untuk mencapai keberhasilan bisnis. Selain itu, para ahli juga mulai mengembangkan konsep manajemen berbasis kecerdasan buatan dan berbasis data.

Selain itu, ahli-ahli juga mulai menggunakan konsep manajemen berbasis kinerja yang berfokus pada cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Konsep ini berfokus pada cara meningkatkan produktivitas dan efisiensi, dan berusaha mencapai hasil yang terbaik dengan biaya yang paling rendah.

Konsep manajemen berbasis risiko juga semakin populer di abad ke-21. Konsep ini berfokus pada cara mengidentifikasi dan mengelola risiko yang terkait dengan operasi bisnis. Konsep ini menekankan pentingnya mengidentifikasi risiko dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengurangi dampak risiko tersebut.

Selain itu, ilmu administrasi juga mulai menggunakan konsep manajemen sistem. Konsep ini berfokus pada cara menganalisis, menyusun, dan mengelola sistem yang berbeda untuk mencapai tujuan bisnis yang telah ditetapkan. Konsep ini juga menekankan pentingnya menggunakan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasi bisnis.

Kesimpulan

Sejarah ilmu administrasi dimulai dengan gagasan pemikir Yunani kuno tentang cara membuat pemerintahan yang efektif. Ide-ide tersebut berkembang pada abad ke-17 dan ke-18, dan pada abad ke-19, pengembangan teknologi dan informasi membuat ilmu administrasi semakin penting. Pada abad ke-20, konsep manajemen berorientasi pada kualitas, berbasis kecerdasan buatan, dan berbasis data mulai dikembangkan. Di abad ke-21, konsep manajemen berbasis risiko dan berbasis sistem mulai digunakan.